Surat Cinta Untuk Presiden Joko Widodo: Perjuangan Mengusulkan Gelar Pahlawan Nasional untuk A.M. Sangadji

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam dan Bahagia

Bapak Presiden Joko Widodo yang kami hormati, semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan nikmat kesehatan, keberkahan, kebahagiaan, dan kelancaran dalam menunaikan tugas serta tanggung jawab kenegaraan. Amin.

Perkenankan saya, Muhammad Kamil Mony, Founder Abdoel Moethalib Sangadji Institute (AMS Institute), mewakili keluarga, rakyat Maluku, serta rekan-rekan seperjuangan yang selama ini menyuarakan aspirasi orang Maluku, menyampaikan surat cinta ini dengan satu harapan: negara harus hadir dalam mewujudkan penyematan gelar “Pahlawan Nasional Republik Indonesia” kepada tokoh pejuang perintis kemerdekaan Abdoel Moethalib Sangadji (A.M. Sangadji) dari Maluku.

A.M. Sangadji merupakan representasi dari semua tipologi manusia pelopor penggerak perubahan. Dalam dirinya, terwujud tipikal manusia pembelajar, alim ulama, cendekiawan, intelektual, aktivis pergerakan, militan, pengorganisir laskar hizbullah, advokat, birokrat, pengusaha, diplomat ulung, deklamator hebat, jurnalis, penulis produktif, pendidik, dan guru bangsa serta politisi ulung. Fakta sejarah bangsa merekam realitas perjuangan beliau di tanah air.

Bacaan Lainnya
ri

Bapak Presiden Jokowi,

A.M. Sangadji adalah salah satu putera terbaik Maluku yang tidak hanya berperan dalam mengusir penjajah dengan cara mengangkat senjata, tetapi juga memiliki peranan penting dalam pendidikan politik kebangsaan. Ia mengusung cita-cita yang digagas oleh sahabat karibnya, Tjokroaminoto, yaitu Zelfbestuur (membentuk pemerintahan sendiri) lepas dari otoritarianisme kolonial.

Meski kedua sahabatnya, Hadji Agus Salim dan Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh negara, tidak demikian halnya dengan A.M. Sangadji. Beliau, yang kerap dijuluki jago toea atau pemimpin toea, seperti yang ditulis Koran Hindenburg Kalimantan dan S.K. Merdeka Solo, nyaris terlupakan dalam rekam jejak tokoh-tokoh pendiri bangsa.

Gagasan-gagasan jago toea dan warisan perjuangannya kala itu telah dinikmati oleh segenap warga bangsa selama 78 tahun perjalanan Indonesia Merdeka. Jasa besar para pahlawan, termasuk A.M. Sangadji, dengan semangat patriotik berhasil mewujudkan NKRI dengan gemilang.

Bapak Presiden Jokowi,

Memperjuangkan sosok manusia Indonesia yang pada masa pra kemerdekaan memiliki kontribusi signifikan dan komprehensif terhadap umat, bangsa, dan negara untuk mendapatkan legitimasi (melalui SK Presiden) tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Regulasi UU meniscayakan demikian.

Dalam Pasal 1 UU No. 20 Tahun 2009 dijelaskan tentang apa yang dimaksud dengan gelar Pahlawan Nasional. Penghargaan negara ini diberikan Presiden kepada seseorang warga negara Indonesia (WNI) yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah NKRI, yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.

Bapak Presiden, izinkan saya mengabarkan bahwa prosedur pengusulan Calon Pahlawan Nasional (CPN) atas nama A.M. Sangadji telah kami penuhi sesuai amanat UU No. 20 Tahun 2009 (Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan). Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Sosial Maluku, DPRD Maluku, dan TP2GD telah menyerahkan dokumen A.M. Sangadji kepada Kementerian Sosial RI pada awal Januari 2023. Dokumen tersebut telah melewati serangkaian verifikasi TP2GP (Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat). Pada awal Maret 2024, kami mengusulkan kembali untuk kedua kalinya.

Bapak Presiden Jokowi,

Tokoh perintis kemerdekaan Indonesia asal Maluku, A.M. Sangadji, namanya diabadikan di beberapa ruas jalan di Indonesia, antara lain Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Sorong, Jakarta, Kalimantan, dan Ambon. Kota Surakarta, tempat kelahiran Bapak, tentunya mengetahui keberadaan nama jalan A.M. Sangadji yang terletak di kawasan Kelurahan Gajahan. Kami juga mengapresiasi penuh pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) di dataran Kalimantan karena ada sejarah panjang derap langkah perjuangan A.M. Sangadji di Bumi Borneo tersebut. A.M. Sangadji turut aktif dengan para pemuda penggerak perubahan bangsa di sana, seperti Abdoel Moeis Hassan (Gubernur Kalimantan Timur ke-2) yang belajar masalah politik kebangsaan pada A.M. Sangadji hingga bersama-sama mendirikan BPPR (Balai Pendidikan Pengajaran Rakyat) dan mengelola Neutrale School di Samarinda.

Selain itu, persahabatan A.M. Sangadji dengan Mahir Mahar juga sangat erat. Pada awal Desember 1945, bersama teman-teman seperjuangannya, A.M. Sangadji di Puruk Cahu menaikkan Bendera Merah Putih dengan pernyataan bahwa Tanah Dayak masuk wilayah negara RI yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Sebagai bentuk penghargaan kepada A.M. Sangadji, di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara berdiri Monumen/Patung A.M. Sangadji yang didirikan pada periode kepemimpinan Bupati KDH Tingkat II Kutai tahun 1979, Drs. H. Ahmad Dahlan.

Bapak Presiden Jokowi,

Dengan tidak mengurangi rasa hormat, kami berharap surat cinta sederhana ini dapat menjadi perhatian serius Bapak untuk kembali “Mangente” (Melihat) ke Maluku. Pada momentum peringatan Hari Pahlawan Nasional 2024 pada November mendatang, kami berharap A.M. Sangadji dianugerahi gelar Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden sebagai kado istimewa bagi Rakyat Maluku.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Dengan segala kerendahan hati, apa yang dinarasikan di atas adalah bentuk ikhtiar dari sebuah perjuangan. Terima kasih atas waktu Bapak. Semoga Bapak selalu sehat, sukses, dan terus semangat untuk negara dan bangsa.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ambon, Juli 2024

Muhammad Kamil Mony

Founder Abdoel Moethalib Sangadji Institute

Pos terkait