Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah: Pertautan Antara Tradisi dan Religi

Dr. H. Heri Solehudin Atmawidjaja.

REDAKSIINDONESIA.ID – Lebaran, atau yang sering disebut sebagai Idul Fitri, bukan sekadar momen liburan atau perayaan tradisional belaka. Dibalik gemerlapnya lampu hias dan aroma harum dari hidangan lezat, Lebaran merupakan waktu yang penuh dengan makna religius yang mendalam bagi umat Islam di seluruh dunia. Tradisi-tradisi yang berkembang seiring dengan perayaan Lebaran bukan hanya sekedar warisan budaya, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai spiritual yang dijunjung tinggi dalam agama Islam.S

Setelah menjalani latihan demi latihan selama satu bulan penuh, menahan segala bentuk medan yang penuh berkah dan penuh pengorbanan, umat Islam merayakan kemenangan spiritual. Lebaran memiliki banyak pertautan dengan agama. Pertama-tama, puasa Ramadan sendiri adalah bagian integral dari praktik agama Islam. Selama bulan Ramadan, umat Islam berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam, menahan diri dari makanan, minuman, perilaku negatif, dan melakukan refleksi spiritual. Dengan demikian Lebaran memiliki pertautan spiritual yang kuat sekaligus memperkuat keimanan dan ketaqwaan kita kepada Alloh SWT. Disebutkan dalam sebuah Maqolah Bahasa Arab “Laisa al-ied liman labisal jaded walakinnal ied liman toatahul yaziid” yang artinya Iedul fitri bukan berarti pakaian baru atau serba baru akan tetapi ied adalah bertambahnya ketaatan kita kepada Alloh SWT.

Dalam perspektif ilmu teologis, Idul Fitri adalah momen untuk merayakan kasih sayang dan rahmat Allah SWT serta merenungkan betapa pentingnya pengendalian diri, kesabaran, dan ketekunan dalam menjalani kehidupan. Dengan demikian, Lebaran bukan hanya sekadar perayaan budaya atau tradisi, tetapi juga merupakan perayaan yang sarat dengan nilai-nilai spiritual bagi umat Islam. Ini adalah waktu untuk merayakan kemenangan spiritual, mempererat hubungan sosial, dan memperdalam koneksi kepada Alloh SWT.

Membangun Kesalehan Sosial

Dari sudut pandang sosiologis, Lebaran adalah momen penting yang memperkuat ikatan sosial dan solidaritas diantara anggota komunitas Muslim. Tradisi bersilaturahmi dan saling memaafkan menjadi bagian integral dari perayaan Lebaran, dimana keluarga, teman, dan tetangga saling berkunjung dan bertukar ucapan selamat. Hal ini menciptakan rasa kebersamaan dan persatuan yang kuat di tengah-tengah masyarakat. Lebaran juga memiliki dampak sosial yang signifikan dalam masyarakat. Selain sebagai momen untuk bersatu dan berbagi kebahagiaan, Lebaran juga menjadi pendorong ekonomi melalui tradisi memberikan hadiah, membeli pakaian baru, dan menyediakan hidangan khas Lebaran. Hal ini menciptakan stimulus ekonomi yang positif dan memberikan manfaat bagi berbagai sektor ekonomi.

Tradisi bersilaturahmi menjadi salah satu ciri khas dari perayaan Iedul Fitri. Dalam suasana penuh keceriaan, umat Muslim mengunjungi keluarga, teman, dan tetangga mereka untuk bertukar salam, mendoakan kebaikan, dan berbagi kebahagiaan. Aktivitas ini tidak hanya menciptakan ikatan emosional yang kuat antara individu, tetapi juga memperkuat persaudaraan sekaligus mengingatkan akan pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan sesama. Tradisi silaturahmi ini tidak hanya menciptakan momen kebersamaan yang menyenangkan, tetapi juga menjadi ajang untuk saling memaafkan, mempererat ikatan keluarga, dan meneguhkan rasa persaudaraan. Dalam suasana kebersamaan yang hangat, keluarga dan kerabat saling berbagi cerita, tawa, dan doa, menciptakan kenangan yang tak terlupakan dan memberi energi positif untuk melangkah ke masa depan.

Bacaan Lainnya
ri

Perayaan Iedul Fitri juga memainkan peran penting dalam mempererat solidaritas sosial dalam masyarakat. Shalat Id, yang biasanya dilakukan secara berjamaah baik di lapangan terbuka atau masjid-masjid besar memiliki makna yang lebih dari sekadar ibadah, karena menjadi momen untuk menyatukan umat Muslim dari berbagai latar belakang status sosial, politik, budaya, dan etnis menyatu dalam lantunan Takbir dan Tahmid.

“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, laa ilaaha illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd.”

Momentum Bertafakur Nasional

Hal ini menciptakan suasana inklusif dan penuh toleransi dimana semua orang merasakan kehangatan dan kebersamaan dengan penuh kesadaran akan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Sehingga dari sudut pandang sosiologis, lebaran atau Iedul Fitri menunjukkan bagaimana agama dapat menjadi perekat sosial yang kuat, memperkuat hubungan antarindividu dan mempromosikan kesejahteraan bersama.

Dalam konteks kehidupan berbangsa Iedul Fitri dapat dijadikan momentum bagi bangsa Indonesia untuk Bertafakkur Nasional, intropeksi kembali kepada Konstitusi Yang Benar setelah beberapa tahun terakhir ini kita rasakan bahwa negara tidak berjalan pada jalur yang benar sebagaimana yang dicita-citakan dalam UUD 1945, negara seakan hadir hanya untuk mengakomodir kelompok tertentu atau menjadi jembatan bagi segelintir orang yang haus kekuasaan atau satu keluarga yang sedang demam kekuasaan, sehingga menghalalkan segala cara, menggunakan instrumen negara, mengobrak-abrik tatanan konstitusi hanya untuk memberikan jalan bagi keberlangsungan kekuasaannya, Nauzubillahi Min Dzalik.

Semoga semangat Idul Fitri terus menginspirasi kita untuk menjadi agen perubahan yang dapat memberikan konstribusi bagi kejayaan negeri kita tercinta. Taqabbalallahu minna wa minkum, Minal aidzin Wal Faizin mohon maaf lahir dan batin. Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1445 H.

 

Penulis : Dr. H. Heri Solehudin Atmawidjaja (Pemerhati Sosial Politik dan Dosen Pascasarjana Uhamka Jakarta, Wakil Ketua Forum Doktor Sosial Politik Universitas Indonesia, Bendahara Perhimpunan Dosen Peneliti Muslim Indonesia, Wakil Ketua PDM Kota Depok).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *