Menyambut Ramadhan 1445 Hijriah: Membangun Kedekatan Spiritual dan Kemanusiaan

Dr. H. Heri Solehudin Atmawidjaja.

REDAKSIINDONESIA.ID – Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan kemuliaan, bagi umat Islam di seluruh dunia, Ramadhan bukan sekadar bulan untuk menahan lapar dan haus, tetapi juga sebagai waktu untuk merefleksikan diri, mendekatkan diri pada Tuhan, serta memperbaiki hubungan dengan sesama. Ramadhan menjadi pembuka pintu kebahagiaan dan keberkahan bagi umat Islam, menawarkan peluang untuk memperdalam spiritualitas dan meningkatkan kebaikan. Di tengah dinamika umat Islam dan arus perubahan sosial Ramadhan menjadi momen untuk menemukan ketenangan dalam diri, memperkuat keimanan dan menemukan kedamaian dalam ketaatan kepada Allah, menemukan keindahan dalam ibadah serta membangun ikatan yang kuat dengan merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta.

Membangun Kedekatan Spiritual

Tanggal 1 Ramadhan tahun 1445 H ini kemungkinan akan terjadi perbedaan diantara sesama Umat Islam di Indonesia. Muhammadiyah telah mengumumkan bahwa tanggal 1 Ramadhan 1445 H akan dimulai pada hari Senin 11 Maret 2024, sedangkan pemerintah memperkirakan 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024. Metode yang digunakan oleh Muhammadiyah adalah Hisab Hakiki Wujudul Hilal yang melibatkan perhitungan matematis dan astronomis. Sementara pemerintah menggunakan metode Rukyatul Hilal yakni mengamati langsung munculnya hilal untuk menentukan awal bulan baru. Perbedaan penentuan dalam mengawali bulan Ramadhan tidak mengurangi substansi dari hadirnya bulan Ramadhan.

Antusiasme menyambut Ramadhan bukanlah sekadar rasa gembira, tetapi juga kerinduan mendalam untuk mendekatkan diri kepada Allah, membersihkan hati dari segala noda, serta meningkatkan kualitas hidup dalam bingkai ketaatan. Dalam bulan suci Ramadhan, setiap momen dipenuhi dengan panggilan yang lembut namun kuat, panggilan untuk meraih kesempurnaan dalam ibadah dan spiritualitas. Bukanlah sekadar serangkaian rutinitas keagamaan, tetapi merupakan sebuah perjalanan mendalam menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita, hubungan kita dengan Allah, dan tanggung jawab sosial kita kepada sesama.

Ramadhan mengajarkan kita untuk memperkuat ikatan kita dengan Al-Qur’an, kitab suci yang menjadi pedoman hidup umat Islam. Melalui bacaan dan tadabbur atas ayat-ayat-Nya, kita diingatkan akan kebesaran Allah, rahmat-Nya yang melimpah, dan ajaran-Nya yang mengarahkan kita pada jalan kebaikan dan kebenaran.

Meningkatkan kedekatan dengan Al-Qur’an menjadi salah satu fokus utama bagi umat Islam dimana Al-Qur’an sebagai kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, merupakan sumber utama petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan. Kita diajak untuk bertadzabbur, mendalami, memahami, dan meresapi ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dengan lebih mendalam. Dengan cara membiasakan diri membaca Al-Qur’an setiap hari baik diwaktu pagi hari, siang hari, atau malam hari, selain memahami pesan-pesan dan kandungan Al Quran, maka akan menuntun jalan kita menuju jalan yang haq yaitu jalan yang di ridhai Alloh SWT.

Bacaan Lainnya
ri

Membangun Kebersamaan dan Kebaikan

Panggilan untuk membangun kebersamaan dan kebaikan menjadi semakin relevan dan mendalam. Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang memperkuat ikatan sosial, saling berbagi, dan memperbaiki hubungan dengan sesama manusia, memperluas jaringan kebaikan dengan berbagi makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya kepada mereka yang membutuhkan. Dengan membangun kebersamaan dan kebaikan kita tidak hanya memperoleh keberkahan dari Allah, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih baik dan harmonis. menyebarkan kebaikan, menumbuhkan kasih sayang, dan merajut ikatan kebersamaan yang kokoh di antara kita.

Salah satu aspek yang membuat Ramadhan begitu istimewa adalah semangat berbagi kebahagiaan dan berkumpul bersama keluarga serta sahabat saat berbuka puasa. Saat berbuka, umat Islam merasakan kebahagiaan dan kesyukuran bersama dengan orang-orang terdekat mereka, serta berbagi makanan dengan sesama yang kurang beruntung. Ramadan juga mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi. Selain meningkatkan ibadah, kita juga dianjurkan untuk meningkatkan kepedulian dan kebaikan kepada sesama. Berbagai program amal dan inisiatif sosial diluncurkan baik oleh perorangan maupun lembaga selama bulan Ramadan untuk membantu mereka yang membutuhkan, termasuk pemberian makanan kepada yang membutuhkan, penyediaan bantuan medis, dan program-program pendidikan.

Ramadhan, bukan hanya sekadar tentang puasa dan ibadah ritual, tetapi juga tentang membangun harmoni sosial dan mempererat hubungan antar individu dalam masyarakat. Dalam konteks ini, Ramadhan bukan hanya menjadi waktu untuk meningkatkan spiritualitas pribadi, tetapi juga untuk memperkuat hubungan sosial dan menumbuhkan semangat kebersamaan. Salah satu aspek penting dari Ramadhan adalah meningkatkan empati dan kepedulian terhadap sesama, terutama kepada mereka yang kurang beruntung. Program-program amal dan inisiatif sosial berlangsung luas selama bulan ini. Mulai dari penggalangan dana untuk membantu kaum miskin, pengiriman makanan kepada yang membutuhkan, hingga membantu warga yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tradisi berbuka puasa bersama di masjid, rumah-rumah, dan tempat-tempat umum menjadi momen penting untuk mempererat hubungan sosial. Berbagi ta’jil dengan tetangga, teman, dan keluarga tidak hanya menguatkan ikatan antara individu, tetapi juga membuka pintu dialog antarbudaya dan agama. Ini menciptakan kesempatan untuk saling mengenal, memahami, dan menghargai perbedaan satu sama lain. Meskipun bulan Ramadan adalah bulan suci bagi umat Islam akan tetapi nilai-nilai yang diajarkan dapat diaplikasikan oleh semua individu, terlepas dari agama atau kepercayaan mereka.

Ramadhan bukan hanya tentang menjalankan ibadah, tetapi juga tentang membangun harmoni sosial dan mempererat hubungan antar individu dalam masyarakat, meningkatkan kepedulian sosial, memperkuat ikatan kebersamaan dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan inklusif. Marhaban Yaa Ramadhan!

 

Penulis : Dr. Heri Solehudin Atmawidjaja (Pemerhati Sosial Politik dan Dosen Pascasarjana Uhamka Jakarta, Wakil Ketua Forum Doktor Sospol Universitas Indonesia, Wakil Ketua PDM Kota Depok).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *