Isu Kecurangan Pemilu Gagal, Bansos Jadi Sasaran, Fauzan Ohorella: Lagi, Rakyat Jadi Bantalan

REDAKSI INDONESIA – Pemilihan umum atau pemilu 2024 yang seharusnya jadi agenda transisi juga transformasi kepemimpinan, kali ini terancam memunculkan keterbelahan sosial akibat ketidakpuasan pasangan calon presiden dan wakil presiden no urut 01 dan 03. Pasalnya, suara rakyat yang memilih paslon 02 Prabowo-Gibran melesat jauh di atas 60 persen.

Menurut Fauzan Ohorella dari Aspirasi Milenial Maluku Indonesia, bahwa fenomena keterbelahan ini akan semakin luas dan berlarut panjang. Sebab, kata dia isu soal kecurangan pemilu 2024 ini, bersumber dari paslon dan pendukung yang tidak mampu legowo dengan hasil yang tidak memuaskan.

“Padahal hasil real count dari KPU belum rampung dan masih ada beberapa hari lagi hasil akhir yang akan di umumkan oleh KPU. Tapi, dari awal mereka sudah pesimistis dengan imajinasi mereka yang akhirnya menyimpulkan sendiri bahwa pemilu 2024 curang.” Ujar Fauzan Ohorella.

Selain itu, pendiri Aliansi Mahasiswa Maluku atau AlMulk Indonesia menambahkan lagi. Bahwa narasi pemilu curang tidak relevan dengan angka suara partai yang ada pada hasil Quick Count dan Real Count, yang memposisikan partai PDI-Perjuangan ada pada peringkat tertinggi sekitar 17,01 persen, Partai Golkar 15,11 persen dan partai Gerindra 13,45 persen sertai partai Nasdem 9,38 persen.

“Makanya upaya amplifikasi isu pemilu curang tidak tepat. Sedangkan suara partai tebesar adalah PDIP, partai yang mengusung Ganjar Pranowo – Mahfud MD. Menurut kami, isu bansos dan kenaikan bahan pokok ini juga jadi alternatif untuk mencari simpati dan empati rakyat, karena isu pemilu curang tidak efektif.”

Untuk informasi, bahwa video antrian masyarakat dalam menunggu tebus murah sembako telah beredar luas di kanal sosial media. Bahkan, video itu di kaitkan dengan zaman penjajahan di Indonesia puluhan tahun silam.

Bacaan Lainnya
ri

“Kami melihatnya sih, ada upaya memasifkan penyebaran video itu untuk menarik simpati dan empati. Padahal, kalau pembagian bansos itu dihentikan, yang sengsara adalah rakyat bukan para politisi. Inikan dzolim namanya menjadikan rakyat sebagai bantalan untuk mengais perhatian.” Tambahnya.

Sebagai penutup, dia menyarankan kepada pemerintah dan TNI-Polri serta Lembaga terkait agar masif melakukan upaya-upaya preventif dan preemtif ditengah masyarakat. Sebab, khawatirnya keterbelahan sosial akan semakin menebal dan menimbulkan perpecahan antar anak bangsa.

“Sebagai ikhtiar kami, bahwa pemerintah dan terkhusus polri bisa menjaga suhu politik ditengah masyarakat.  seperti waktu jelang pemilu 2024, sehingga hari pencoblosan kemarin berjalan aman, sejuk dan damai”{.}

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *