Refleksi Hari Guru Nasional 2023: Anomali Pendidikan Kita Antara Dedikasi dan Periuk Nasi

Hari Guru Nasional yang diperingati setiap tahun pada tanggal 25 November merupakan sebuah momen penting dan menjadi hari yang sangat istimewa bagi para guru yang telah mendidik bangsa ini hingga mengalami banyak kemajuan dan perkembangan saat ini, akan tetapi hal tersebut belum dapat dirasakan oleh para guru.

 

REDAKSIINDONESIA.ID – Kita masih harus banyak mengelus dada ketika melihat tingkat kesejahteraan guru yang masih jauh dari harapan, kita terlalu sering mendapatkan fakta bahwa hari ini masih banyak guru di sekolah-sekolah swasta yang hanya mendapatkan honor 300 ribu perbulan, bahkan tidak sedikit guru yang harus terlibat pinjaman online (pinjol) karena minimnya perhatian pemerintah terhadap nasib para ujung tombak kemajuan bangsa ini.

Kesejahteraan finansial menjadi salah satu aspek utama dalam isu kesejahteraan guru. Banyak guru yang menghadapi gaji yang tidak sebanding dengan tanggung jawab dan dedikasi mereka terhadap pendidikan. Di beberapa wilayah atau daerah bahkan mengalami disparitas besar antara gaji guru dan biaya hidup, sehingga menciptakan tekanan keuangan yang signifikan bagi para pendidik. Hal yang paling tragis menimpa mereka yang masih tercatat sebagai guru honorer, ketidakpastian nasib dan kurangnya kesejahteraan juga merupakan masalah serius. Beberapa guru berstatus kontrak atau bekerja paruh waktu, yang membuat mereka tidak memiliki kepastian pekerjaan jangka panjang.

Kemana Anggaran Pendidikan yang Fantastis

Disinilah kita patut mempertanyakan kehadiran negara dengan anggaran Pendidikan yang sangat fantastis yaitu mencapai Rp. 612,2 Triliun untuk anggaran tahun 2023, akan tetapi sayangnya angka yang sangat fantastis itu hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil Dunia Pendidikan kita, maka kita menjadi heran ketiga pemerintah enggan untuk menempatkan nasib dan kesejahteraan guru sebagai prioritas utama dan membengkaknya anggaran belanja ASN selalu menjadi alasan. Sehingga jumlah guru yang sangat besar hanya menjadi komoditas Politik dan obyek kampanye baik pemilu legislatif mapun pemilu presiden.

Bacaan Lainnya
ri

Hal ini tentu sangat memprihatinkan karena proyek besar ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 masih belum dapat dirasakan sepenuhnya oleh kaum pendidik di negeri ini. Pada saat yang sama jika kita membandingkan dengan professional lain yang bekerja di Badan Usaha Milik Negara dimanja dengan berbagai fasilitas dan kemewahan meskipun perusahaan atau badan usahanya sedang mengalami kesulitan (bangkrut), berdeda dengan kalangan pendidik yang bisa tidak mendapatkan gaji berbulan-bulan jika sekolahnya tidak mendapatkan murid.

Ini hanya sekelumit dari tragedi Pendidikan kita yang harus secara serius segera diselesaikan. Mengingat bahwa peran pemerintah hingga saat ini masih sebatas menciptakan aturan dan mengubah-ubah kurikulum tanpa memprioritaskan kesejahteraan guru. Lebih ironisnya lagi seringkali pemerintah lebih memanjakan orang tua murid melalui berbagai program stimulasi Pendidikan tetapi tidak ada program bantuan yang secara langsung berdampak bagi kesejahteraan guru. Inilah yang tentu harus menjadi evaluasi bersama kedepan, setidaknya kedepan antara guru dan orang tua wali murid dapat merasakan kehadiran negara dalam proses Pendidikan secara adil dan merata.

Urgensi Politik Pendidikan

Disinilah urgensi Politik Pendidikan yang benar-benar berpihak pada kepentingan Pendidikan, mengedepankan keadilan menempatkan guru sebagai ujung tombak Pendidikan. Maka jika Politik Pendidikan yang selama ini hanya terkonsentrasi pada obyek pendidikan yaitu anak didik dan kurikulum, kedepan diperlukan terobosan baru dengan menambahkan kebijakan strategis yang menempatkan guru bukan hanya sebagai tenaga bayaran sebagaimana pekerja lain, tetapi juga menempatkan semua guru dari berbagai tingkatan sebagai pekerjaan yang dijamin oleh negara. Sehingga potensi guru-guru berkualitas, memiliki dedikasi yang tinggi semakin tumbuh dan berkembang di seluruh tanah air seiring dengan kebutuhan pendidikan bangsa ini ke depan.

Kebijakan ini sekaligus menegaskan bahwa Pendidikan merupakan investasi negara dan bangsa dalam menentukan arah bangsa kedepan, karena itu investasi ini akan tercatat dalam sejarah sebagai keberpihakan negara terhadap keterdidikan anak-anak bangsa. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa negara dengan populasi yang terdidik cenderung memiliki keunggulan dalam menghadapi tantangan global dan mengelola perubahan sosial dan ekonomi. Keberpihakan dan perhatian terhadap nasib dan kesejahteraan guru adalah bagian terpenting dalam kebijakan Politik Pendidikan.

Terimakasih bapak dan ibu guru bangsa ini masih berhutang kepadamu. Semoga di masa mendatang, ketekunan dan kesetiaanmu dapat menjadi anugerah yang berharga. Terima kasih atas inspirasimu, para Bapak dan Ibu Guru terhormat. Selamat Hari Guru 2023.

 

Penulis : Dr Heri Solehudin Atmawidjaja (Pemerhati Sosial Politik dan Dosen Pascasarjana Uhamka Jakarta, Wakil Ketua Forum Doktor Sosial Politik UI, Direktur Heri Solehudin Center).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *