Mahasiswa Ajak Seluruh Element Jaga Kondusifitas Dan Hindari Politik Identitas Jelang Pemilu 2024

Tangkap layar diskusi online yang diselenggarakan oleh Komite Mahasiswa Penegak Hukum(KOMPAK) dengan tema: "Peran Mahasiswa Jaga Kondusifitas Jelang Pemilu 2024: Mendukung Boleh Tapi Jangan Mengujar Kebencian Dan Jangan Ada Politik Identitas"

Redaksi Indonesia – Dalam menjaga kondusifitas politik jelang momentum pemilu 2024 diperlukan kerjasama yang baik semua pihak, supaya pemilu 2024 dapat berlangsung sesuai asas jujur dan adil (jurdil). Semua pihak dapat mengambil bagian tugas dalam rangka mensukseskan pemilu 2024 nanti, tidak terkecuali mahasiswa yang memiliki peran juga dalam menjaga suasana yang kondusif sebelum ataupun pasca pemilu 2024 yang akan datang.

“Inilah kalau menurut saya tugas dan peran kita bersama, apalagi mahasiswa yang harus menjadi garda terdepan menjaga kondusifitas politik demi kelancaran proses pemilu”. Kata Febri selaku narasumber dalam diskusi online  dengan tema “Peran Mahasiswa Jaga Kondusifitas Jelang Pemilu 2024; Mendukung Boleh Tapi Jangan Mengujar Kebencian Dan Jangan Ada Politik Identitas” yang diselenggarakan oleh Komite Mahasiswa Penegak Hukum (KOMPAK) di Jakarta, (17/06).

Febri mengatakan munculnya dinamika politik merupakan hal yang wajar. Namun, proses demokrasi yang berjalan baik dan bertanggungjawab penting dilakukan oleh semua pihak. Misalnya, jangan sampai karena beda dukungan malah terjadi perpecahan, mengujar kebencian, provokasi, fitnah dan sebagainya. Tidak juga dibenarkan dalam mengawal momentum demokrasi ini menggunakan politik SARA ataupun Politik Identitas, karena itu akan merusak persatuan dan menimbulkan perpecahan antar masyarakat.

“Mari sama-sama kita berikan edukasi masyarakat dengan informasi-informasi yang benar, terukur dan kemudian terjaga kredibilitasnya. Ini penting dilakukan oleh semua pihak, dengan begitu apa yang kita inginkan Pemilu berjalan lancar akan tercapai.”, paparnya.

Febri Narasumber diakusi online KOMPAK

Tak kalah penting, Febri mengingatkan bahwa salah satu bahan edukasi yang mesti kita sampaikan kepada masyarakat adalah waspada dalam ber-medsos, hindari membuat content-content negatif yang mendiskreditkan pihak lain. Contohnya content channel youtube Ustadz Alfian Tanjung (http://www.youtube.com/@UstadzAlfianTanjung).

“Ini contoh content yang diduga banyak unsur ujaran kebenciannya dan mesti kita hindari. Dalam content tersebut, Ustadz Alfian Tanjung secara masif dia menghujat bahkan membenci dan mendiskreditkan tentang Polisi RW, dia bilang Polisi RW hanya untuk menteror rakyat jelang pemilu 2024, padahal Polisi RW nyatanya sangat membantu masyarakat untuk meminimalisir angka kejahatan dan untuk mendeteksi Kamtibmas. Kemudian, Ustadz Alfian Tanjung mengkritik Presiden Jokowi dan Keluarga dibilangnya cawe-cawe dan sebagainya, mempermasalahkan secara fundamental logo IKN dan sampai mengatakan Banser anak cucu PKI, meskipun soal masalah ini dia sudah meminta maaf, tapi kalau mulutnya sulit untuk bicara yang baik-baik, ya tetap saja menjelek-jelekan orang lain.”, ucap Febri.

Bacaan Lainnya
ri

Febri berpesan, bahwa menjelang pesta demokrsi Pemilu 2024 ini mari kita jaga kondusifitas supaya Pemilu 2024 dapat berjalan dengan lancar, serta hindari politik identitas dan bijak dalam bermedia sosial. Tutup Febri.(red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *