Pengamat : Kasus HW, Media Online Perlu Check And Balance

Jakarta, – Ramai pemberitaan mengenai Herry Wirawan yang dikaitkan dengan paham Syiah dinilai pengamat sosial sebagai upaya menebar kebencian dan konflik di antara sesama anak bangsa.

Pasalnya berita yang ditulis oleh sebuah media online itu tidak memiliki bukti kuat dan tidak melakukan check and balances terhadap HW.

Menurut Pengamat dari Universitas Hasanuddin ini, Indonesia harus belajar dari kasus Suriah yang kemudian ambruk karena terjadi peperangan internal di antara mereka.
Ia melihat informasi semacam itu bisa menimbulkan konflik yang besar dalam masyarakat Indonesia manakala kasus kasus pemerkosaan tidak dicover dengan profesioanal, tidak melakukan check and balances dan cover both side.

Bagi dia, ini bisa berbahaya kalau hal ini terus dilakukan karena bisa membuat perpecahan di negeri kita sendiri. Republik Indonesia yang kita cintai ini.

” Sayang, kalau , kita harus disibukkan dengan persoalan persoalan sepele seperti ini yang seharusnya tidak terjadi , seharusnya lebih fokus pada lapangan kerja dan seterusnya. Supaya hal hal semacam ini tidak menggerus waktu dan tenaga kita untuk selalu berdebat tentang perbedaan perbedaaan itu,” sambungnya.

Bacaan Lainnya
ri

Diberita ini tidak mengutip berita sebelumnya yang orang aktivis NU dan membantah bukan Syiah. Kemudian juga kenapa Sindo tidak menghubungi ABI atau Ahlul Bait. IJABI yang ,berpaham syiah. Nah disumber ini, tidak ada orang yang sumber dari Ahlul Bait , IJABI untuk mengklarifikasi, ini tidak ada,” terang Supratman.

Dia agar hal ini tidak berlangsung terus , dia meminta pihak seperti KPI. Komisi Penyiaran Indonesia ,harus memperhatikan betul betul media online , media cetak dan media elektronik . “TV One, Metro, cukup bagus.Yang Parah ini di online,” terang dia.

Dalam pemaparan diskusi hybrid bertema Perkosaan Sebagai Kejahatan Universal yang digagas Koordinator Pusat Brigade GPII Kamis kemarin (16/21) Supratman menerangkan sebuah hasil penelitian pemberitan kekerasan seksual pada Detik.com, menunjukan bahwa tema yang paling banyak muncul dalam penulisan berita kekerasan seksual adalah mengenai kronologis peristiwa kekerasan seksual yang terjadi. Frekuensi yang didapatkan pada 15 sampel berita oleh dua Coder berdasarkan tema kronologis sebanyak 18 frekuensi atau sebesar 51,5 %. Kemudian disusul oleh berita-berita yang mengandung unsur human interest, sebesar 25,7 % dan 22,8 memberitakan mengenai jerat hukum atau proses hukum yang tengah berjalan pada kasus kekerasan seksual. (Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *