Santri, Elanvital Keislaman dan keIndonesiaan

Miftakhudin Tauhidy, ketua GPII bidang keummatan Jakarta Raya

Penetapan Tanggal 22 Oktober merujuk pada satu peristiwa bersejarah yakni seruan resolusi jihad yang dikumandangkan oleh para Ulama pada 22 Oktober 1945. Seruan ini berisikan perintah kepada umat Islam untuk berjuang sungguh sungguh dengan seluruh jiwa,raga dan harta melawan tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan. Sekutu ini maksudnya adalah Inggris sebagai pemenang Perang Dunia II untuk mengambil alih tanah jajahan Jepang. Di belakang tentara Inggris, rupanya ada pasukan Belanda yang ikut membonceng

Kabar akan mendaratnya 6.000 Tentara sekutu Inggris yang diboncengi oleh NICA pada tanggal 25 Oktober 1945 yang akan mengambil alih wilayah jajahan Belanda dari Jepang disambut dengan resolusi jihad oleh para ulama dan santri pada hari Senin 15 Dzulqaidah 1364 H bertepatan dengan 22 Oktober 1945
Semangat jihad juga tidak hentinya dikobarkan oleh bung Tomo (1920 – 1981) melalui Radio Pemberontakan Rakyat Indonesia

Dengan panggilan Resolusi jihad ulama dan santri serta kumandang takbir dari bung Tomo para ulama dan santri membanjiri Kota Surabaya

Ulama yang langsung hadir di Surabaya membangkitkan semangat jihad diantaranya Hadrattus Syaikh K.H Hasyim Asy’ari dari pesantren tebu Ireng Jombang, K.H Asy’ari dan K.H. Tunggul Wulung dari Jogjakarta, K.H Abbas Dari Buntet Cirebon dan KH. Kamil dari Garut

Kehadiran para Ulama disurabaya membangkitkan para pemuda dan santri untuk bergabung dalam barisan Sabilillah diantaranya tergabung dalam Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) yang terbentuk tanggal 02 Oktober 1945 yang ikut serta dalam pertempuran 10 hari di Surabaya bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Bacaan Lainnya
ri

Pada hari kesembilan pertempuran tepatnya tanggal 31 Oktober 1945 tentara sekutu dipukul mundur dengan tewasnya Brigadir Jendral Mallaby.

Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebagai cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang baru dibentuk tanggal 24 Dzulqaidah 1364 bertepatan dengan tanggal 05 Oktober 1945 berhasil mengorganisasi perlawanan ulama dan santri membuahkan tewasnya perwira tinggi sekutu. Tewasnya Mallaby merupakan sejarah terburuk bagi sekutu yang tidak pernah kehilangan perwira tinggi nya dalam Perang Dunia II (1939 – 1945 M).

Menengok sejarah perjuangan “Santri Jaman Old” yang atas berkat Rahmat Allah SWT dan keinginan luhur berhasil merebut dan mempertahankan kemerdekaan menjadi cermin motivasi generasi “Santri Jaman Now” untuk bersungguh sungguh memerangi “kejulidan” dan meraih kejayaan Agama dan Bangsa dimasa depan.

Sinyal optimisme kejayaan Agama dan Bangsa akan semakin menguat ketika fungsi dan peran santri juga menguat.

Istilah Santri sendiri, dalam Kamus Besar Bahasa Indoneisa (KBBI) setidaknya mengandung 2 (dua) pengertian, yang pertama adalah orang yang mendalami Agama Islam dan pengertian kedua adalah orang yang beribadah dengan sungguh sungguh atau orang soleh

Kedalaman Ilmu Agama Islam dan kesungguhan Amal sholeh inilah dua poin penting yang menjadi penopang utama 5 (lima) elanvital yang kelima unsur elanvital itu terangkum dalam kata (سنتري), yang setiap hurufnya memiliki makna yang dalam, antara lain :

  1. Sin (س) adalah kepanjangan dari سَافِقُ الخَيْرِ yang memiliki arti Pelopor kebaikan.
  2. Nun (ن) adalah kepanjangan dari نَاسِبُ العُلَمَاءِ yang memiliki arti Penerus Ulama.
  3. Ta (ت) adalah kepanjangan dari تَارِكُ الْمَعَاصِى yang memiliki arti Orang yang meninggalkan kemaksiatan.
  4. Ra(ر) adalah kepanjangan dari رِضَى اللهِ yang memiliki arti Ridho Allah.
  5. Ya (ي) adalah kepanjangan dari اَلْيَقِيْنُ yang memiliki arti Keyakinan.

Sekali lagi, Sinyal optimisme kejayaan keIslaman dan keIndonesiaan akan semakin menguat tegak lurus dengan menguatnya fungsi dan peran santri.

SELAMAT HARI SANTRI
Santri berjaya Indonesia Jaya!

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *