Anak Desa Dan Misteri Pemimpin

Oleh: Sahrul Ramadhan (Wasekjend DPP KNPI dan Ketua DPP BMK 1957).

Redaksijakarta-Opini| Ada ungkapan, masa depan seseorang itu misteri ilahi, tak ada yang tahu. Kadang kehidupan seperti perputaran roda. Hari ini kita berada di bawah dan dalam waktu relatif singkat bisa juga derajat kita akan terangkat pada tingkat lebih tinggi. Atau bisa juga ketika berada pada titik puncak, akan kembali lagi ke dasar paling terendah. Seperti itulah manusia mengalami pasang surut kehidupan, tak terkecuali para pemimpin yang sukses sebelumnya mengalami hal yang sama seperti rakyat biasa pada umumnya. Anak dari Desa juga bisa menyingkap misteri kepemimpinan yang biasa diperuntukan hanya untuk golongan elit tertentu yang memiliki latar belakang pendidikan serta kemampuan logistik dan finansial yang mapan.

Coba kita kembali kebelakang dalam rentang waktu beberapa dekade yang lalu, siapa yang mengira Soeharto, seorang anak petani miskin dari desa kecil di Kemusuk, Yogyakarta bakal jadi soerang Jenderal dan presiden yang cukup lama dalam pusaran sejarah politik Indonesia. Tetapi di akhir hidupnya dicerca kira kanan oleh hampir seluruh rakyatnya. Sebagai manusia biasa setiap pemimpin memiliki kekurang maupun kelebihan, termasuk pak Harto, banyak legacy yang di kenang oleh generasi sekarang, terutama disematkan dalam dirinya sebagai bapak pembangunan. Dalam kepemimpinannya ekonomi tumbuh dengan pesat, tetapi harus dibayar mahal dengan menutup ruang kebebasan ekspresi dan menyatakan pendapat di ruang publik. 

Selain Harto, ada anak tukang penjual kayu dari bantar kali Solo, Surakarta tempat bermukim kebanyakan kaum miskin dan pendidikan rendah. Tempat ini lahirlah seorang, nama Jokowi Dodo, yang saat ini termasuk salah satu pemimpin politik yang tak pernah kalah bertarung dalam pentas perebutan mahkota kekuasaan. Maju pada pemilihan Walikota Solo, menang. Bertarung di pilgub DKI Jakarta, menang lagi. Yang lebih fenomenal adalah ketika terpilih jadi presiden dua periode, dan menjadi presiden pertama sepanjang sejarah yang bukan berasal dari latar belakang elite politik atau militer Indonesia. Dia bukan ketua partai, apa lagi seorang putra mahkota. Memang nasibnya manjur dari sekian ratusan juta rakyat Indonesia. Mungkin tanganya diatas langit sudah ditulis akan jadi seorang pemimpin besar. 

Beberapa waktu lalu Jokowi sempat beredar foto lawasnya dengan Sri Muliyani dalam satu forum seminar, tentang prospek dan format ekonomi pasca reformasi 1998. Penyelenggaranya dari forum pengusaha Solo Raya dan kebutalan Jokowi sebagai ketua panitianya. Sri Muliyani diundang sebagai pembicara kunci dalam kapasitasnya sebagai ekonom muda dari Depertemen Ekonomi Universitas Indonesia. Semua orang tahu pada saat itu ekonom dari UI kebanyak dipake orde baru sebagai tim ahli ekonomi dan kerap kali disebut sebagai mafia Berkeley hasil didikan kampus di Amerika Serikat.

Pada saat itu Sri Mulyani sudah populer dan sering tampil di layar Televisi sebagai ekonom muda. Barang kali jauh sebelum reformasi 1998 bergulir, mungkin Jokowi tak dikenal luas oleh publik. Waktu itu ia masih mengembangkan usaha jualan kayu rintisan keluarga. Dari usaha itu ternyata sebagai jembatan emas untuk masuk dalam ruang politik praktis. Momen dua dekade yang lalu antara Jokowi dan Sri Muliyani tak ada yang mengira bisa bernaung dalam satu pemerintahan dengan status atasan dan wahan atau sebagai presiden dan anggota kabinetnya. Kadang masa depan orang tidak ada yang tau dan mungkin itu hanya sebuah misteri Ilahi. Jokowi termasuk seorang yang sangat beruntung bisa terpilih salah satu sekian dari ratusan juta anak desa yang relatif sukses menjadi pemimpin negara besar dengan populasi penduk terbanyak keempat di dunia saat ini. 

Bacaan Lainnya
ri

Selain pemimpin dari Indonesia, ada juga pemimpin besar dari luar negeri yang tak kalah jauh menarik untuk kita ukirkan diatas kanvas sejarah sebagai memimpin negara di era modern. Dari Jepang ada Yoshihide Suga terpilih jadi Perdana Menteri, tepatnya satu tahun yang lalu (14/9/2020). Suga adalah seorang politisi mandiri, putra tertua dari seorang petani stroberi dan guru di Yuzawa, sebuah kota di pedesaan prefektur Akita, Jepang Utara. Ia tidak memiliki silsilah politik, namun sekarang berada di titik puncak memimpin negara ekonomi terbesar ketiga di dunia. Naiknya Suga diatas tampuk pemimpin politik nasional di Jepang membuat para pesaing dan lawanya tercetak kagum. Bayangkan dia merintis karir politiknya melalui dari bawah, tetapi dengan ketekunan dan dikombinasikan dengan kemampuan dan kecerdikan bisa melewati lintasan politik yang terjal dan keras di negeri samurai.

Kalau telusuri profil para Presiden Amerika Serikat, kita akan temukan tak sedikit meraka lahir dari keluarga petani dan peternak. Sebut saja ada  Abraham Lincoln, dia dilahirkan dari keluarga petani, Knob Creek, Kentucky negara bagian Wisconsin. Theodore Roosevelt, dalam penuturanya sudah mencintai dunia peternakan sejak muda. Harry S. Truman, selain dikenal sebagai presiden dikenal sebagai seorang petani dan sewaktu masih muda menjadi petani di tanah milik sang ayah yang terletak di Missouri. Bill Clinton,  pernah bercerita bahwa sewaktu muda gemar memilih bibit kacang, jagung hingga tomat di negara biagian Arkansas. Jimmy Carter, dibesarkan dan tumbuh di tengah-tengah kehidupan keluarga yang berprofesi sebagai petani di Plains, Georgia (Liputan6.Com, 30/11/ 2018). 

Selain dari pemimpin politik diatas yang lahir dari keluarga petani dan peternak. Dibawah ini saya mengutip dan disaring dari berbagai sumber tentang pemimpin politik yang lahir dari keluarga miskin di pinggir kota yang hidupnya terbilang memprihatinkan. 

Saya mulai dari Vladimir Putin, Presiden Rusia. Dia pernah mengungkapkan dalam sesi wawancaranya dengan wartawan, bahwa keluarganya hidup kelaparan dan Ibunya hampir mati selama perang dunia II. Putin bercerita bagaimana ia harus tinggal di apartemen yang sangat kumuh dan kotor. Kerap kali banyak tikus lantaran kondisi apartemen yang sangat tidak layak dan menjijikkan di Baskov Lane, St. Petersburgh. Tak ada yang mengira Putin saat ini bisa menjadi pemimpin terkuat serta berpengaruh dan terkaya di duina.  

Ada pemimpin dari India, Perdana Menteri Narendra Modi, yang lahir dari keluarga serba kekurangan dan tidak mempunyai latar belakang pendidikan tinggi. Modi harus mengisi masa kecilnya dengan berjualan teh di stasiun serta terminal di kota asalnya, Vadnagar, Gujarat. Bahkan pada awal terjun ke partai politik, Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), Modi diberikan tugas untuk mengepel lantai. Modi yang dulunya bertugas sebagai pengepel pun pada akhirnya justru berhasil menjadi seorang perdana menteri serta ketua salah satu partai terbesar di India, Partai Bharatiya Janata (BJP). Selain dari India, ada dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Pernah bercerita saat remaja dirinya pernah berjualan es lemon dan roti di pinggir jalan di Kota Istanbul. Keluarga Erdogan pun dikenal sebagai keluarga yang pas-pasan. Nasib seseorang itu tak ada yang bisa prediksi dan siapa yang mengira Erdogan akan menjadi salah satu pemimpin muslim yang sangat berpengaruh di dunia (Akurat.Com, 20/9/2020).

Kesuksan para pemimpin diatas ada baiknya kita mengambil hikmahnya sebagai bahan pembelajaran, bahwa masa depan seseorang itu tak yang tau, makanya jangan terlalu meremehkan naaib dan masa depan seseorang. Mungkin orang yang kita remehkan saat ini kelak akan menjadi pemimpin besar yang akan menentukan peta jalanya peradaban. 

Kurang lebih untuk menjadi seorang presiden atau pemimpim tertinggi dalam suatu negara tak perlu lagi lahir dari rahim elit, tapi dengan integritas dan kemampuan semuanya jadi mungkin, walaupun kita lahir dari keluarga petani miskin maupun anak buruh dan nelayan. Berbahagialah mereka yang terus merawat kemapuan dan spirit perjuangannya. 

Pemimpin yang lahir dari rakyat biasa itu selalu menarik untuk kita ikuti rekam jejak dan sepak terjang dalam menembus kabut gelap misteri pemimpin yang lazim diisi hanya oleh mereka yang memiliki latar belakang pendidikan yang relatif baik dan keluarga terpandang. Pada akhirnya capaian tertinggi dari seorang pemimpin adalah legacy, warisan berharga yang akan di kenang oleh generasi mendatang dan itu sudah di ukir oleh para pemimpin diatas.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *