Penasehat FWO Indonesia, Bro Rivai : Mitigasi Bencana Perlu Konsep Pencegahan Menyeluruh

JAKARTA- Bencana tidak dapat dihindari, tetapi meminimalkan risiko bencana dapat dilakukan dengan mengembangkan konsep pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini, demikian Penasehat FWO Indonesia ( Forum Wartawan Online Indonesia ) , Bro Rivai menegaskan sehubungan bencana yang terjadi di bumi Nusantara Indonesia.

Seperti diketahui, berbagai bencana yang datang di awal Tahun 2021 mulai peristiwa longsor Sumedang, Gempa Bumi 7,2 SR di Mamuju dan Majene Sulbar, banjir Kalimantan Selatan (Kalsel) , banjir bandang dan longsor Puncak Bogor, letusan Semeru dan mutakhir gempa 7,1 SR dan banjir robs Manado Sulut, menyusul musibah peristiwa naasnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 merupakan berita duka dan peristiwa yang sangat memilukan dialami bangsa Indonesia.

Dikatakan pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat perlu mengenali memetakan wilayah potensi bencana sebagai langka antisipasi.

” Pentingnya memetakan wilayah potensi bencana seharusnya dapat dikenali dan disosialisasikan oleh pemerintah untuk langka antisipasi,” tegas Bro Rivai

Dijelaskan, penyebab bencana banyak faktor baik yang bersifat natural maupun bersifat man made. Karena itu, upaya yang tepat untuk dapat dilakukan dalam upaya mengurangi korban serta kerusakan infrastruktur yang lebih parah, perlu adanya perencanaan jangka menengah dan jangka panjang untuk mengurangi atau menghilangkan dampak bencana sebelum kejadian bencana.

Dalam konteks pencegahan dan mitigasi dapat dilakukan secara struktural maupun nonstruktural. Mitigasi struktural dilakukan dengan membuat atau memperkuat sarana untuk mengurangi dampak dari berbagai bencana seperti banjir atau longsor, baik yang terjadi secara alami maupun melalui rekayasa teknis.

Bacaan Lainnya
ri

Sementara secara non-struktural dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran maupun peningkatan kapasitas masyarakat menghadapi ancaman bencana. Mitigasi non-struktural untuk banjir dan longsor dilakukan, antara lain, dengan regulasi penataan ruang kawasan, sosialisasi kebencanaan, dan berbagai simulasi bencana seperti yang dilakukan Jepang.

Untuk itu, patut belajar dari banyak pengalaman bencana sebelumnya di Indonesia maupun di negara lain dalam pemodelan antisipasi dan penanganan bencana, serta upaya memperkecil risiko dengan meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam berprilaku guna mencegah, mendeteksi, dan mengantisipasi bencana secara efektif melalui transformasi konsep menyeluruh (sistemik) yang kemudian terus disosialisasikan untuk mengingatkan masyarakat dalam mengaktualisasikan pencegahan menyeluruh menghadapi bencana.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *