Jakarta, Koordinator Masyarakat Antikorupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman meragukan alasan Ketua KPK Firli Bahuri menaiki helikopter saat mudik ke Baturaja, Sumatera Selatan hanya demi menghemat waktu. MAKI menganggap alasan itu tidak ada relevansinya.
Boyamin meyakini laporannya ini sudah tepat. Sebab, dia sempat melakukan rekonstruksi perjalanan dari Palembang-Baturaja seperti yang dilakukan Firli dengan menggunakan jalur darat. Hasilnya, perjalanan itu hanya memakan 4,5 jam.
Terkait keterangan dari Koordinator MAKI Boyamin Saiman, Direktur Eksekutif Gerakan Rakyat Untuk Keadilan Indonesia (Gerak Indonesia) Teddy merasa aneh keterangan dari MAKI seolah-olah menilai sesuatu dengan pendapatnya sendiri dan mengeluarkan aturan sesuai seleranya.
Padahal Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan tidak bermaksud menunjukkan hidup mewah saat menggunakan helikopter dalam perjalanan pribadinya dari Palembang ke Baturaja pada Juni 2020.
“Kami tidak menganut hidup mewah dan bukan gaya hidup mewah, tetapi kami lakukan karena kebutuhan dan tuntutan kecepatan tugas,”.
Menurutnya, helikopter yang ditumpanginya merupakan helikopter sewaan yang dibayar melalui gajinya.
Oleh karena itu menurut Teddy gaya hidup mewah dan hedonisme sesuatu yang tidak ada manfaatnya bisa dikatakan gaya hidup mewah dan hedonisme. Tapi apa yang dilakukan oleh Ketua KPK bukanlah merupakan gaya hidup mewah dan hedonisme karena memiliki dasar yang jelas.itu juga Teddy mengkritisi Boyamin Saiman Koordinator Masyarakat Anti Korupsi (MAKI) yang meminta Ketua KPK mundur jadi Pimpinan KPK sehingga menjadi Wakil KPK sangat lucu karena patut diduga seperti ada agenda terselubung atau kepentingan. “Sepetinya motivasi dari ketua MAKI bukan untuk mendukung KPK tetapi lebih bertujuan menjatuhkan wibawa lembaga dengan cara mencari-cari kesalahan pimpinan KPK, padahal seharusnya para penggiat korupsi harusnya lebih fokus pada kinerja kelembagaan” pungkas Teddy ke media. (**)
